Halaman

Sejarah Dalem Tarukan (2)

Kisahkan Pengungsian Dalem dari Puri Pejeng

Perjalanan panjang dari Ida Dalem Tarukan akibat pengungsian dari istana, akhirnya menjadi tonggak sejarah perjalanan di Desa Pulasari, Peninjauan, Tembuku, Bangli. Di sanalah berdiri kokoh Pura Padharman Pusat Ida Bhatara Dalem Tarukan. Setiap enam bulan sekali atau pada acara-acara lainnya menjadi perhatian umat sedharma terutama warih Dalem Tarukan.

Pura Padharman Pusat Ida Bhatara Dalem Tarukan tidaklah sulit mencarinya. Perjalanan bisa lewat dari berbagai arah. Bisa dari Kota Bangli, dari Banjarangkan, Klungkung, atau bisa juga melalui jalan lain sesuai dengan asal pemedek. Pura ini tepatnya berada di Pulasari, Peninjauan, Tembuku, Bangli. Lokasinya berada di daerah sejuk, masih dalam suasana desa. Perjalanan dari Denpasar cukup jauh dan melelahkan. Namun, selama perjalanan banyak melalui hamparan hijau, sehingga bisa memberikan panorama yang indah sepanjang perjalanan.

Luas pura juga cukup memadai. Ada tempat parkir, begitu juga di sebelah timur pura ditemukan areal yang kosong cukup luas. Fasilitas untuk pemedek juga tersedia bahkan kebersihan juga terjamin. Sarana umum seperti wantilan juga mampu menampung ribuan orang. Suasana pura akan tampak lain ketika odalan digelar tepat Buda Kliwon Ugu setiap enam bulan sekali.

Dapat dibayangkan, sesak umat Hindu terutama dari Pertisentana Dalem Tarukan yang tumpah ruah ke pura. Walaupun disediakan waktu nyejer selama tiga hari, toh juga bludakan pemedek tak pernah sepi. Pelataran kahyangan yang cukup luas pun seakan menjadi sempit. Apalagi jumlah perti sentana di seluruh Nusantara seperti dikatakan Bapak I Wayan Waya, S.H sebagai pengurus pusat Sentana Dalem Tarukan jumlahnya 200-an ribu. Tersebar di Jawa, Lombok dan daerah lainnya.

Sementara Jro Mangku Jati mengungkapkan, guna mengetahui bagaimana kisah atau sejarah pura ini sudah ada babad Pula Sari yang mengisahkan perjalanan Ida Dalem Tarukan yang mengungsi dari istana megahnya. Perjalanan ini berhubungan dengan titah sebagai raja menggantikan saudaranya yang tidak mau menjadi raja. Untuk itu berikut cukilan sejarahnya berdasarkan babad Dalem Tarukan.

Jro Mangku Jati yang tingal di Banjar Puseh, Pulasari, Peninjauan, Tembuku, Bangli memberikan/menceritakan sejarah pura berdasarkan data yang sudah tersebar dan sudah banyak dikisahkan dalam babad-babad. Apalagi perjalanan panjang dari leluhur Dalem Tarukan berawal dari Istana Samprangan di mana ayahnya Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai raja.

Dari ayah Sri Kresna Kepakisan, Ida Dalem Tarukan mempunyai sameton/saudara lima orang. Antara lain Dalem Agra Samprangan, Dalem Tarukan, Dewa Ayu Swabawa, Dalem Ketut Ngulesir dan I Dewa Tegal Besung. Ayahnya berkuasa di Bali mulai tahun 1272 berkedudukan di Samprangan Gianyar dengan membawa keris utama bernama Ki Tanda Langlang.

Singkat cerita, Dalem Tarukan dewasa membangun puri di Tarukan Pejeng, Ganyar, Ida di sana bersama istrinya dari Lempuyang Madya Bukit Gamongan. Ditemani putra angkatnya Rakriyan Kuda Pinandang Kajar. Anak angkatnya ini putra dari Dalem Blambangan, ditemani juga masyarakat dan maha patih yang setia kepada Dalem Tarukan.

Perjalanan Dalem Tarukan memang penuh dilemma. Pasalnya, petaka dating ketika anak angkatnya sakit. Ketika anaknya Rakriyan Kuda Pinandang Kajar sakit, Dalem Tarukan sauh munyi. Seraya berucap, seandainya anakku sembuh akan ku kwainkan dengan Dewa Ayu Muter putri dari Dalem Samprangan. Benar saja, setelah kata-kata mengujar, Pinandang Kajar sembuh total.

Guna menepati janjinya, menikahkan Dewa Ayu Muter dengan anak angkatnya. Setelah pernikahan dilakukan, bukan kebahagiaan yang dirasakan oleh Dalem Tarukan termasuk anaknya, justru amarah besar dari Dalem Samprangan. Pasalnya, pernikahan ini dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Dalem Samprangan. Semenjak itulah jiwa Dalem Tarukan terancam, karena Dalem Samprangan mengutus pasukannya cukup banyak untuk melakukan serangan ke Puri Pejeng. Jumlah cukup lumayan 3 ribu pasukan yang siap menyerbu Puri Pejeng.

Menghindari petaka tersebut, Dalem Tarukan mengungsikan diri, bahkan tanpa mengikutsertakan istri setianya. Lebih menyedihkan lagi, istrinya mengandung janin sekitar enam bulanan. Pelarian ini menyusuri Desa Taro, Desa Pulesari di sebelah selatan Tampuwagan, Tembuku, Bangli. Di Tampuwagan inilah Ida Dalem Tarukan nyineb wangsa agar selamat dari serangan pasukan Dalem Samprangan yang mengejar dirinya. Bahkan Dalem Tarukan menyelinap di sela-sela petani yang sedang menanam padi. Ida Dalem Tarukan nyamar sebagai petani.

Setelah pasukan lewat, beliau masuaka kepada masyarakat petani. Di mana kepada petani menyarankan agar Dalem Tarukan jangan dipanggil Gusti, I Dewa, majero agar persembunyiannya tidak diketahui. Selanjutnya Dalem Tarukan diantar ke padukuhan tepatnya di selatan dusun Pulasari sekarang. Beliau diterima Ki Dukuh Pantunan. Setelah lama berada di dusun ini, akhirnya tercium juga, dan pasukan dating lagi mencari jejak Dalem Tarukan.

Hampir saja beliau tertangkap, karena pasuwecan Hyang Widhi, beliau sembunyi di semak-semak belukar yang banyak binatangnya seperti puyuh, perkutut, dan berada di bawah tumbuhan jawa jali, pohon pisang. Beruntung kicauan burung yang bercanda memberikan keselamatan kepada Dalem Tarukan. Berkat canda, kicau burung pasukan menyangka tidak ada siapa-siapa di semak-semak tersebut.

Selamatlah Dalem Tarukan dari kejaran pasukan. Di situlah Dalem Tarukan memberikan suaka, berkat jasanya menyelamatkan nyawanya, seketurunannya tidak akan makan/mangsa burung puyuh, jawa jail. Setelah lama kemudian, kembali Dalem Tarukan tidak merasa nyaman, lalu dipindahkan ke desa lainnya. tersebutlah Desa Poh Tegeh di wilayah Songan. Beliau di sini diterima oleh Ki Gusti Poh Tegeh sementara Dalem Tarukan ditempatkan di Jenggala Sekar, Desa Tegal Bunga yang diterima oleh Ki Dukuh Dami.

Singkat cerita, Dalem Tarukan lama sudah berdiam di Dukuh Bunga sampai mempunyai tujuh keturunan dari lima istri-istrinya. Di antara ketujuh anak-anaknya itu adalah : I Gusti Sekar dan I Gusti Gede Pulasari dari ibunya Gusti Ayu Kwaji, I Gusti Gede Bandem dengan ibunya Jero Sekar putri dari Dukuh Bunga, I Gusti Gede Dangin dengan ibunya Jro Dangin putri dari Dukuh Darmaji, I Gusti Gede Belayu dengan Jro Belayu putri dari Mekel Belayu, dan akhirnya I Gusti Gede Balangan dan Gusti Ayu Wanagiri dengan ibunya Gusti Luh Balangan.

Dari padukuhan Bunga, Dalem Tarukan lagi mengungsi ke berbagai desa yang ada di bangle dan Karangasem. Sampai akhirnya menemukan tempat yang sangat cocok bernama Pulasantun kini disebut Desa Pulasari. Di sinilah Dalem Tarukan merasa damai. Sampai akhirnya ingat dengan istrinya yang mengandung selama enam bulan. Walau sebelumnya Dalem Tarukan menemui celaka atas meninggalnya putri kesayangannya bernama Gusti Ayu Wanagiri akibat bertemu dengan Dukuh Darmaji berkat makan beras putrinya meninggal dunia. Akhirnya jasad Wanagiri dimakamkan di Sukawana dengan bade tumpang pitu.

Setelah menemukan lokasi yang cocok, di sanalah Dalem Tarukan dengan istri-istri dan anak-anaknya kumpul. Bahkan Dalem Tarukan tidak ada niat kembali ke istananya di Pejeng. Di sinilah beliau bercocok tanam. Uniknya, Dalem Tarukan justru tertarik dengan kadiatmikan, sebagai kabujanggaan.

Sebagai akhir cerita, Ida Dalem Tarukan wafat pada Wraspati, Kliwon Ukir Isaka 1321/1399 Masehi. Segala upacara yang dilaksanakan atas wafatnya Dalem Tarukan adalah di Desa Pulasari. Abunya dihanyut di Tukad Congkang, atas upacara Dewa Hyang (Atma Pratista), maka Dalem Tarukan dilinggakan di Meru Tumpang Pitu.

Yang sangat unik selama upacara palebon, banyak harta benda yang tidak bisa dihabiskan, termasuk makanan, uang kepeng sampai dihanyut di tukad Bubuh dan tukad Jinah. Tukad Bubuh, karena tempat membuang makanan yang tidak habis digunakan oleh panjak Ida Dalem Tarukan, sementara tukad Jinah, karena tempat membuang uang kepeng yang juga kebanyakan sampai tidak bisa digunakan karena sudah dempet, sulit dipisahkan.
Sampai sekarang, Desa Pulasari menjadi lokasi kahyangan Pertisentana Dalem Tarukan sebagai padharman Pusat yang selalu mendapat perhatian dari seluruh Para Gotra Santana Dalem Tarukan.

Tulisan ini disalin dari sini